Berbeda dengan keberangkatanku sebelumnya, kali ini aku berangkat bersama sohibku Fajar. Sebelum berangkat kami berpamitan kepada orang tua Fajar yang sudah kuanggap sebagai orang tuaku sendiri dan tiba – tiba seorang tante – tante entah siapa dia mungkin tantenya Fajar, mencium kedua pipiku. Yah, tak apalah daripada nggak pernah dicium sama sekali. He he he ^_^’. Selama perjalanan kami bersenda gurau, tak peduli dengan siapapun. Saat sedang asyik – asyiknya bercanda, tiba – tiba datang seseorang bertubuh tinggi besar menghampiri kami dan dengan mata melotot meminta uang pada kami, tapi tenang dia hanya kernet bus yang meminta uang pembayaran. Kemudian kami kembali berbincang – bincang membicarakan apapun yang sedang hangat digosipkan. Tak lama datanglah penjual ballpoint menjajakan dagangannya.
Penjual ballpoint berkata sambil sesekali mengelap ingusnya, “ Bapak – bapak ibu – ibu, kami datang untuk menawarkan sebuah ballpoint. Ballpoint ini *sebagian teks hilang*.” Kemudian penjual ballpoint itu memberikan 1 kardus kecil ballpoint pada setiap penumpang, aku yang saat itu sedang makan tahu goreng tiba – tiba merasa ada yang menempel dalam rongga hidung. Karena tanganku berminyak dan masih dalam posisi makan, jadi aku ambil satu ballpoint yang ada disebelahku kemudian dengan diam – diam aku ngupil dengan ballpoint yang aku ambil tadi. He3x. Kemudian aku meletakkannya lagi pada posisi semula, ballpoint pun diambil lagi oleh Si Penjual. Dia pun tak tahu ada upil kecil di ujung tutup ballpoint itu, yang aku lihat dia hanya mengelapkan tangannya pada kaus yang dia kenakan. Aku hanya bisa tersenyum jahat melihat kejadian itu.
Berbeda denganku, Fajar justru mendapat keuntungan. Ballpoint yang ada padanya tidak diambil Si Penjual. Jadi, Fajar mendapat ballpoint gratis. Tapi dengan sedikit ancaman, aku pun mendapat bagian dari ballpoint gratis itu. Kemudian, kami sampai di Jogja dan kami turun di Bundaran UGM untuk melanjutkan perjalanan menuju UNY. Dalam perjalanan, tiba – tiba dari arah belakang muncul sesosok yang tak jelas mukanya, semakin dekat semakin jelas saja kalau dia itu kakaknya Fajar, sebut dia Puyuh eh maaf salah, sebut dia Puguh. Kemudian kami bertiga, bersama langsung menuju kost Fajar. Dan sementara aku menginap di kostnya selama OSPEK.
Dengan jantung yang berdebar dan wajah yang mulai kusut keriput, aku minta ijin tinggal sementara pada ibu kost. Untunglah, ibu kost mengijinkannya. Kemudian aku pun, tinggal bersama Fajar selama hampir seminggu. Dari situ kisah kasih kami semakin dalam, hingga ada harapan Fajar tak lagi jomblo. Eitz ... jangan negatif thingking, jomblo disini maksudnya tinggal sendiri. Karena akan ada mamas Izul yang siap menghiburnya saat dia kehabisan uang. Paling – paling minta ngutang. Dasar Fajar !!?
0 komentar:
Posting Komentar