Waktu itu hari dan tanggalnya lupa, yang jelas saat mau makan malam sekitar pukul 07.00 malam. Aku dan temanku Dedi, berunding masalah makanan karena warung makan yang biasa kami datangi ternyata tutup. Kemudian karena aku sedang ngidam makan makanan yang pedes – pedes, aku teringat ada penjual oseng mercon di depan. Kebetulan aku belum pernah merasakan oseng mercon, hanya pernah melihatnya di televisi. Kemudian aku usulkan dan Dedi pun setuju, maka kami pun meluncur ke tempat dimana oseng mercon itu dijajakan. Kemudian aku membeli 2 bungkus oseng mercon dengan harga Rp 5000/bungkus. Kami pun kembali ke kos untuk mencicipi oseng mercon itu, saat kami buka ternyata isinya kikil dengan ulekan cabe seabreg...ini makanan orang apa makanan kadal? Yang namanya cabe, bukan main banyaknya, aku pikir ini penjual lagi emosi sama suaminya jadi nggak kira – kira ngasih cabenya. Namun justru karena banyak cabe aku jadi tambah bergairah untuk menyantap itu makanan. Seakan – akan ini sebuah tantangan baru yang harus aku taklukan, efek samping seperti bibir jontor dan mules – mules aku abaikan demi kesuksesanku menaklukan makanan ini.
Kemudian Dedi mencoba sesuap nasi plus oseng mercon, baru sesuap dia sudah menangis dan berhenti makan. Dia bilang,”Waduh...pedese pollll....nanti lagi ah....nggak tahan.” Kemudian aku tersenyum dan mengejek Dedi, ” ha ha ha baru sesuap aja sudah nangis, contoh donk mamas ijul sang pawang cabe....” Kemudian aku menyuap satu sendok ke dalam mulutku, dan.....dalam hati aku berkata,”Allahu Akbar.....pedes banget....” Namun untuk menjaga image, aku tetap tersenyum sambil mengembang kempiskan hidungku untuk menahan rasa pedasnya. Kemudian 2 sampe 3 suap aku masih bisa bertahan, namun saat mencoba suapan keempat air mata mulai keluar, karena malu dengan Dedi, aku keluar dan mencuci mukaku agar tak kelihatan cengeng. Sambil masih mengipas – kipas lidahku dengan buku, aku hentikan sementara perlawananku kepada oseng mercon itu. Ya Allah .... mungkin ini salah satu kiamat kecil yang aku alami. Rasa pedasnya lama sekali menghilang, setelah beberapa menit aku lanjutkan kembali perlawananku menghadapi oseng mercon. Aku ambil satu suap nasi sebanyak mungkin plus oseng mercon yang tak kalah banyak sampai – sampai mulutku penuh. Mata mulai melotot ketika pedasnya kembali terasa, nafasku mulai tak teratur karena rasa pedas yang menggila. Masih dengan nafas tersengal – sengal seperti ibu mau melahirkan, aku nekad habiskan oseng mercon itu. Dan akhirnya misi selesai, oseng mercon habis.....aku pun ikut habis karena kepedasan. Mulut dan perut serasa terbakar, pedas dan panas. Dalam pikiranku terbayang besok pasti saat B.A.B bokongku bakal mledug dan gosong atau mungkin saja akan mengeluarkan bau yang tak biasa atau dut dut brot dalam bahasa Thailand. Namun nyatanya semua berakhir dan apa yang aku pikirkan tidak terjadi....Syukurlah.....
0 komentar:
Posting Komentar