Aku dan Kawanku

Oke kawan – kawan, mulai dari sini aku akan menceritakan semua kisah hidupku selama di Jogja. Tentu saja saat aku masih kuliah di UNY, entah karena aku ditakdirkan hidup dengan kegilaan atau apa yang jelas mayoritas kehidupanku selalu dipenuhi canda tawa karena ulah dan tingkah lakuku sendiri yang dibantu kawan – kawanku selama di Jogja. Contohnya saja Dedi, dia adalah teman seperjuanganku semasa jaman penjajahan yang disebut SMA. Kami selalu bersama sejak bangku sekolah kelas 3, sebenarnya aku sudah mengenalnya sejak kelas 2, namun karena dia tidak begitu terkenal jadi aku hanya menganggapnya sebagai angin bau eh maksudku angin lalu. Namun, sejak kelas 3 hubungan kami berbeda dari sebelumnya, kami lebih banyak bersama, hubungan kami semakin romantis dan mesra ketika kami dipertemukan lagi di bangku perkuliahan, hanya bedanya kali ini kami tidak satu sekolah lagi. Dia di UGM, sementara aku di UNY. Sebenarnya kami mendaftar dan mengerjakan tes bersama saat UM UGM namun hanya dia yang diterima. Sementara aku, hanya bisa gigit jempol kaki karena gagal menembus UM UGM. Tapi paling tidak, aku bisa juga masuk UNY walau dengan status Non – Reguler. Tak apalah, yang penting aku bisa lulus dengan embel – embel S1 daripada aku bertapa di Gunung Merapi dengan embel – embel “MBAH”.

Mungkin ketika membaca tulisan ini kamu berpikir bahwa kami adalah penganut paham homoreproduksionis, eitz ... jangan negatif thinking dulu. Hubungan kami hanya sebatas sahabat yang selalu cinta damai karena selera kami hampir sama (termasuk dalam hal warna celana dalam), walaupun begitu kami benar – benar jauh dari hubungan sejenis itu, lagipula wajah Dedi yang abstrak membuatku tidak jatuh cinta padanya. HE3x. Yuppy, itulah hubungan dua orang anak manusia yang bersahabat, saling bantu membantu (terutama hal hutang piutang), saling menjaga dan melindungi. Benar – benar hubungan yang spektakuler, yang patut ditiru oleh orang lain. Hubungan dua orang gila yang LUAR BINASA....ya memang benar – benar LUAR BINASA. Sebagian orang memang berpikir kami penyuka sesama jenis, karena kemanapun kami hampir selalu bersama kecuali 2 tempat, Kakus dan Kampus. Tapi disini kami tekankan lagi, kami tidak seperti yang mereka pikir, seandainya boleh aku ingin sekali mengumumkan lewat pengeras suara di masjid bahwa kami bukan penganut homoreproduksionis.

Jika diijinkan, aku ingin sekali berkata :

Assalamualaikum wr wb

Innalillahi...(ehm maaf ralat, itu berita lelayu 2 hari yang lalu).

Jika diijinkan, aku ingin sekali berkata :

Assalamualaikum wr wb

Kami sebangsa mamalia, dengan ini menyatakan :

1. Pecinta wanita tanah air Indonesia.
2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kami sebagai kaum pria.
3. Menghormati tata krama dan nilai asusila sebagai kaum pria.

Demikian pernyataan yang kami buat dalam tempo sesingkat – singkatnya. Apabila ada yang perlu ditambahkan atau bahkan dirubah demi kesejahteraan rakyat, kami selaku bangsa yang baik rela melakukannya. Sekian

Tertanda,

Zulfikkar PN (Tersangka)

Dedi K (Korban)